Masuk kerja sebagai CPNS di instansi Ditjen Postel Departeman Perhubungan (saat itu), sekitar Oktober 1981 melalui test, dengan pangkat “Pengatur Muda” karena jalur SLTA. Sambil kuliah di UT jurusan Administrasi Negara selama 4 tahun, akhirnya dalam tempo 10 tahun (seharusnya 16 tahun) pangkat dan golongan menjadi Penata Muda tk.I (III/a), akibat kenaikan pangkat karena penyesuaian ijazah.
Pada pangkat III/b diberi tugas menduduki jabatan “PLT” Kasubag Perbendaharaan, lalu naik pangkat dengan durasi 2 tahunan, akhirnya menduduki pangkat IV/a (Pembina Mida Tk.I). Bukan formalitas itu yang penting untuk di share, tetapi substansi dalam perjalanan melaksanakan pekerjaan.
Berbeda rekan sepekerja lainnya, yang terlihat langsung “in”, karena tidak asing dengan dunia kerja, apalagi banyak diantaranya sudah bekerja dengan status harian, ada pula yang sudah punya relasi, entah karena teman atau saudara. Berbeda dengan penulis, yang baru merantau lalu melamar kerja karena info dari rekan. Rekan sendiri tersebut tidak ikut daftar, karena memilih ikut test di PT. Telkom.
Memasuki dunia birokrasi, banyak faktor, sebut saja apakah terkait teknis-non teknis, memungkinkan pegawai itu akan banyak menganggur dan “bengong”bila menunggu diberi pekerjaan oleh atasan atau share sesama rekan, ataupun disertai “ngerumpi”. Penulis memilih harus berusaha, yang saat itu paling mungkin usaha dengan mempelajari segala macam peraturan, diperintah atau tidak oleh atasan. Setiap peraturan dibuat summary sesedemikian rupa, apalagi dalam bentuk tulisan steno,sehingga memungkinkan sebuah UU bisa tertuang dalam 1-2 lembar kertas saja.
Pada saat pergantian pejabat, Kepala Bagian Keuangan-nya (Bpk. A. Talib Rachman) berkarakter visioner, tidak memperdulikan senior/yunior, pertemanan/subyektivitas, tapi lebih cenderung obyektivitas dengan penguasaan materi. Karena sering isu tidak terjawab oleh peserta rapat/staf, dan kebetulan penulis tinggal menjawab karena ada dalam catatan berbentuk tulisan steno, akhirnya penulis menjadi kontributor bahan, umumnya setiap rapat.
Perubahan kondisi tersebut tidak membuat polah bagi penulis, kecuali mengingat ajaran baik di keluarga maupun di pengajian, bahwa tidak rugi orang yang berusaha, tidak akan percuma orang yang belajar.
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.